Senin, 17 Februari 2020

Ketegasan VS Kekerasan

KETEGASAN VS KEKERASAN

Masihkah ingat beliau yang berpose di sebelah kiri?

Ya, Bapak Wusono Sumedi. Beliau guru Penjas SMA NU 1 Gresik yang telah pensiun sejak tahun 2016, masih nampak sehat dan menyempatkan hadir dalam acara HAUL almarhumin wa maghfurlahum para pendiri dan para kepala sekolah serta bapak ibu - karyawan dalam rangka HARLAH SMANUSA yang ke-52, kemarin pada hari Senin, 3 Februari 2020. Siapa yang tak kenal beliau dengan panggilan akrabnya Pak Medi. Setiap angkatan yang pernah belajar selama masa beliau di SMA NU 1 pasti mengenalnya. Saat menjadi Pembina OSIS SMA NU 1 beliau terkenal dengan ketegasannya dalam menegakkan kedisiplinan para siswa. Selama saya masih duduk di bangku SMA dan sekaligus menjadi bagian dari pengurus OSIS tentu faham betul dengan karakter pembinaan beliau. Siapa yang berani melanggar aturan, beliau tak segan-segan menindak tegas. Bagai Umar bin Khattab laksana Singa Padang Pasir. Begitulah kiranya gambaran ketegasan beliau dalam pandangan saya.

Saya masih ingat betul selama menjadi siswa SMA NU 1 sebanyak 2 kali melakukan pelanggaran yang berakibat mendapatkan ketegasan dari beliau. Hingga "bentakan" beliau membuat saya menangis karena menyentuh hati. Menangis menyadari kekhilafan dan berjanji tidak mengulangi pelanggaran lagi.

Nah, berbicara tentang "ketegasan" kawan mungkin kita bisa sedikit membedakan dengan "kekerasan". Sebab saya berfikir sebuah kedisiplinan identik dengan ketegasan. Bagaimana ketegasan itu diterapkan dalam menegakkan kedisiplinan. Kethak kethik searching, bahwasanya ketegasan adalah keseimbangan antara kekerasan dan kasih sayang. Artinya dalam menegakkan kedisiplinan tentu ada unsur kekerasan yang dibingkai dengan kasih sayang. Ada tarik ulur antara kekerasan dengan kasih sayang.

Dari situlah saya merenung tentang sikap saya dalam upaya menegakkan kedisiplinan. Tentu sebuah pekerjaan yang tidak mudah dilakukan bagi tim ketertiban dan kedisiplinan dalam menata kedisiplinan lebih dari 1000 siswa yang berasal dari berbagai latar belakang. Ada siswa yang berlatar belakang keluarga disiplin sejak dini sehingga mental anak sudah terbiasa dengan pantang menyerah terhadap berbagai keadaan. Ada anak yang selalu mendapatkan kasih sayang hingga terlanjur memiliki karakter manja yang menjadikan mudah berkeluh kesah dan ada juga yang memiliki sikap mandiri secara alamiah tanpa ada pengaruh binaan keluarga.

Penerapan kedisiplinan diperlukan pengawalan yang dilakukan secara kontinyu. Bagi anak yang pada dasarnya sudah disiplin maka tidak ada masalah. Namun bagi yang belum mampu disiplin, maka perlu ada sedikit paksaan dalam menerapkannya. Ini yang lebih sulit.  Perlu standar prosentase yang ditentukan dengan target progres kedisiplinan hingga menjadi terbiasa disiplin.

Untuk menegakkan kedisiplinan ada resiko yang harus diterima ketika kita menindak tegas seorang atau beberapa siswa. Resiko pemberian gelar "killer" atau sejenisnya itu yang pastinya didapat. Namun bagi anak yang mampu berfikir jernih pasti bisa mengambil kesimpulan dan mengambil makna serta hikmah dari tindakan tegas tersebut.

Alhamdulillaah, SMA NU 1 Gresik telah mendapatkan kepercayaan dalam ajang SMA AWARD 2019 sebagai Sekolah Terdisiplin  se-Jawa Timur, dan ini bukan berarti hasil akhir sebuah jerih payah namun sebagai langkah awal  perjuangan menegakkan kedisiplinan menuju generasi millenial yang pantang menyerah, handal, berprestasi, berinovasi dan berakhlakul karimah. Aamiin.
Semoga Allah memberikan kemudahan dalam segala urusan. Aamiin.
To be continue

5 Februari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar